
TB
ANAK
Dr. Sesanti E Utami, SpA
RS PARU ARIO WIRAWAN
SALATIGA
TB merupakan salah satu
penyebab kesakitan yang cukup sering
pada anak. Anak berisiko menderita TB berat seperti TB Milier dan meningitis TB
sehingga juga menyebabkan tingginya kematian pada anak.Diagnosis pasti TB anak sulit oleh
karena penemuan Mycobacterium TBC (M.TBC) sebagai penyebab TB pada anak tidak mudah.
Hingga saat ini belum ada alat diagnostic yang “child
friendly” sehingga diagnosis TB pada anak seringkali “underdiagnosed” atau “ overdiagnosed”. Sedangkan gejala yang muncul seringkali tidak
spesifik. Misalnya, gagal tumbuh atau berat badan tidak naik, kesulitan makan,
demam berulang, sering batuk atau pembesaran kelenjar yang kecil di sekitar
leher dan belakang kepala. Gangguan-gangguan tersebut juga sering dialami oleh
penderita alergi, asma, gangguan saluran cerna atau gangguan lainnya.
Batuk
pada anak jarang menjadi gejala utama TB. Pada anak yang gejala utamanya batuk
dan atau dapat mengeluarkan dahaknya maka WAJIB
dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis. Jika ditemukan BTA positif maka anak
tersebut termasuk sebagai sumber penular bagi lingkungan sekitarnya. Anak umur
< 3 tahun dengan malnutrisi atau mengalami kondisi immunosupresi memiliki
resiko tinggi untuk menderita TB. TB terutama menyerang paru, namun 20-30% bisa
menyerang organ lain. Bayi dan balita paling beresiko terkena TB berat seperti
meningitis TB yang dapat menyebabkan kebutaan, ketulian serta kelumpuhan.
Diperkirakan
banyak anak yang menderita TB yang belum mendapatkan penanganan secara benar.
Dan ditemukan lebih dari 1 juta kasus baru TB anak setiap tahun.
CARA PENULARAN
- Sumber penularan adalah pasien TB
BTA positif.
- Pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak . Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
- Umumnya penularan terjadi dalam
ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi
dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan
yang gelap dan lembab.
- Daya penularan seorang pasien
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut.
- Faktor yang memungkinkan
seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
- Risiko tertular tergantung dari tingkat
pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan
kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB
paru dengan BTA
negatif.
- Faktor yang mempengaruhi kemungkinan
seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah,
diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
DIAGNOSIS TB ANAK
Kendala
utama dalam tatalaksana TB pada anak adalah penegakan diagnosis. Kesulitan menemukan
kuman penyebab pada TB anak menyebabkan penegakan diagnosis TB pada anak
memerlukan kombinasi dari gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang.
REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK
INDONESIA tentang Tuberkulosis
1.
Diagnosis tuberkulosis (TB) pada
anak didasarkan pada:
§ Bukti
atau kecurigaan adanya kontak dengan sumber infeksi TB, biasanya pasien TB
dewasa dengan hasil basil tahan asam (BTA) positif.
§ Gejala
dan tanda klinis sugestif TB, termasuk penilaian seksama terhadap kurva tumbuh
kembang anak.
§ Uji
tuberkulin positif.
§ Gambaran
radiologis sugestif ke arah TB.
2.
Uji tuberkulin penting dalam
penegakan diagnosis TB pada anak. Sangat tidak direkomendasikan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan pemeriksaan radiologis.
Pendekatan
diagnosis TB anak menggunakan “sistem skoring” yaitu merupakan
pembobotan terhadap gejala, tanda klinis dan pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan di tingkat pelayanan yang memiliki sarana terbatas. Masing-masing
gejala pada sistem skoring harus dilakukan analisis untuk menentukan apakah
termasuk dalam parameter.
Sistem skoring :
Catatan :
·
Diagnosis dengan sistem skoring
ditegakkan oleh dokter.
·
Batuk dimasukkan dalam skor setelah
disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan
lain-lain.
·
Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada
kelenjar dan kulit), pasien dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.
·
Berat badan dinilai saat pasien
datang (moment opname)à lampirkan tabel berat badan.
·
Rontgen dada bukan alat diagnostik
utama pada TB anak
·
Semua anak dengan reaksi cepat BCG
(reaksi lokal timbul < 7 hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan
sistem skoring TB anak.
·
Anak didiagnosis TB jika jumlah skor
> 6, (skor maksimal 14)
·
Anak
dengan pembesaran kelenjar di leher belum tentu menderita TB anak. Penyebab lain misalnya infeksi telinga, tenggorokan
ataupun penyakit keganasan. Pembesaran kelenjar leher yang mendukung gejala TB
bersifat tidak nyeri, multiple dan diameter > 1 cm.
Uji
tuberkulin dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi oleh kuman TB. Hasil
pemeriksaan dapat diketahui setelah 48-72 jam sejak penyuntikan. Uji tuberculin
( Mantoux test) dinyatakan positif jika muncul indurasi dengan diameter > =
10mm.
Anak
dengan uji tuberkulin positif berarti anak tersebut terbukti terinfeksi kuman
TB. Pemeriksaan serologis tidak diperlukan untuk mendiagnosis TB.
Pada
anak yang pada bulan kedua tidak menunjukkan perbaikan klinis sebaiknya
diperiksa lebih lanjut adanya kemungkinan faktor penyebab lain misalnya
kepatuhan minum obat, adanya penyakit penyerta, gizi buruk atau kemungkinan TB
MDR.
PENCEGAHAN TB PADA ANAK
·
Mengurangi
kontak dengan penderita TB dewasa atau penderita TB anak dengan BTA positif
·
Mengobati
setiap pasien TB BTA positif secara benar akan mengurangi resiko penularan TB
·
Meningkatkan
sistem imun anak
·
Vaksinasi
BCG tidak mencegah terjadinya TB anak, namun dapat mencegah kejadian TB berat
APAKAH TB ANAK DAPAT
DISEMBUHKAN ?
TB
anak dapat disembuhkan. Pengobatan membutuhkan waktu 6-12 bulan tergantung pada
berat ringannya penyakit.
APAKAH TB ANAK DAPAT
MENULAR KEPADA ANAK YANG LAIN?
Sebagian
besar TB anak tidak menular kepada
anak yang lain, kecuali yang “adult type”
atau TB tipe dewasa, yaitu TB pada anak dengan gambaran yang menyerupai TB
dewasa dan ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak.
TATALAKSANA TB ANAK
·
Pemberian
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan
pemberian gizi yang adekuat
·
Pengobatan
terhadap penyakit penyerta
·
Terapi
OAT diberikan kepada anak yang sakit TB dan pencegahan diberikan INH
profilaksis
·
Terapi TB anak terdiri atas minimal
3 obat (INH, RIFAMPISIN,PIRAZINAMID) dalam fase intensif (2 bulan) dan 2 obat
(INH, RIFAMPISIN) dalam fase lanjut.
·
ETAMBUTOL ditambahkan pada kasus
berat seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang dan TB ekstra paru berat
lainnya.
·
Obat
dalam bentuk FDC / KDT (Kombinasi Dosis Tetap) harus diberikan secara utuh,
tidak boleh dibelah atau digerus. Obat dapat ditelan secara utuh atau dilarutkan
dengan air sesaat sebelum diminum
·
Apabila
diberikan dalam bentuk puyer maka harus dipisah untuk masing-masing obat.
·
Apabila
ada kenaikan BB anak selama terapi, maka dosis menyesuaikan dengan BB terakhir
·
Pada
anak obesitas, dosis KDT disesuaikan dengan BB ideal anak sesuai umur
·
Terapi
pencegahan / profilaksis primer
diberikan kepada anak yang kontak dengan penderita TB BTA positif namun anak
tersebut tidak terinfeksi TB ( uji tuberculin negatif)
Profilaksis
sekunder diberikan
kepada anak yang terinfeksi TB (uji tuberculin positif) tetapi tidak sakit TB.
·
INH
profilaksis diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB/hari selama 6 bulan
INTEGRASI TB ANAK DALAM
TIM DOTS RUMAH SAKIT
·
Semua
kasus TB Anak di RS harus tercatat dalam program TB agar terjamin pemantauan pengobatannya.
TB DAN KEHAMILAN
·
Wanita
sangat rentan menderita TB selama kehamilan atau segera setelah melahirkan
·
TB
dapat menjadi penyebab kematian pada kehamilan dan persalinan terutama pada
wanita dengan HIV positif
·
TB
pada kehamilan meningkatkan resiko bayin lahir prematur atau Bayi Berat Lahir
Rendah.
·
Ibu
yang sakit TB selama kehamilan meningkatkan resiko penularan baik TB maupun HIV
kepada bayi
KEWASPADAAN TB RESISTEN
OBAT PADA ANAK
Kasus
TB MDR mulai meningkat di Indonesia. Ini menyebabkan meningkatnya resiko
terjadinya TB resisten obat pada anak
Kewaspadaan
terjadinya TB resisten obat pada anak terjadi pada kondisi :
·
Kontak
dengan penderita yang terbukti TB MDR
·
Kontak
dengan penderita TB yang beresiko mengalami TB MDR, misal kambuh,gagal atau
default
·
Anak
dengan riwayat TB berulang
·
Anak
yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah 2-3 bulan terapi OAT
·
Diagnosis
dan tatalaksana TB MDR pada anak sesuai dengan dewasa
UPAYA UNTUK MENJARING TB
ANAK
Upaya
untuk menjaring TB anak dimulai meihat TB pada anak sebagai bagian dari
penyakit keluarga. Anak dapat terinfeksi
TB dari orang tuanya atau keluarga yang tinggal serumah. Sehingga setiap kasus
TB dewasa terutama dengan BTA positif harus dilakukan pemeriksaan terhadap
kontak serumah, terutama balita.
Contact tracing atau investigasi lanjutan
dilakukan pada :
- Seluruh
anak yang didiagnosis TB, yaitu untuk mencari sumber penularan.
- Seluruh
anak yang kontak erat dengan pasien TB dewasa terutama dengan sputum BTA
positif, yaitu dengan mengevaluasi anak tersebut terhadap kemungkinan
tertular TB.
- Semua anak dengan HIV positif
- Semua anak dari ibu dengan HIV
positif, selain dilakukan pemeriksaan terhadap status HIV nya juga
dilakukan skrining untuk TB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar